Jumat, 02 Mei 2014
FAJAR DAN SENJA BASAH
Suasana pagi di hari- hari sekolah memang punya keindahan tersendiri.
Sejuk dan damainya membawa ketenangan dan kebahagiaan
Bagiku, bagimu, dan bagi semua orang.
Tiap-tiap jiwa mengharapkan keburuntungannya terjadi disaat ia memulai aktifitas.
Menghirup udara, menyapa mentari, atau merayu embun yang bergelantungan agar ia tak segera lenyap oleh sapaan sang fajar.
Aku pun juga ingin memiliki...
Menjadi salah satu dari sekian juta orang yang bahagia tiap kali mentari datang menyapa hari
Meski aku hanya sebuah bayangan senja, namun aku juga berharap selalu memperoleh keberuntungan itu.
Bukan hanya pagi ini, esok, lusa, bahkan tiap hari
Selagi Tuhan masih menyediakan nafas untukku.
Harap itu adalah memperoleh keberuntungan untuk mendapat setumpuk ilmu bekal esokku, dan memperoleh senyumanmu di tiap pagiku.
Aku pun ingin menjadi alasan ditiap senyuman yang mennghiasi parasmu. Meski takkan mungkin
Sesak berusaha kuhapus dari kamusku
Asal Tuhan izinkan aku tuk mengagumimu, sudah hilangkan sesak itu dengan sendirinya.
Memperoleh senyuman saja telah mampu merubah duniaku, apalagi sapaanmu?
Aku tau, kau tak pernah menyadari bahwa hadirnya engkau dari pandangan ini merupakan satu dari berjuta keberuntunganku.
Meski sekelebat,meski tak nyata, meski dari kejauhan, meski kau tak pernah peduli.
Aku beerusaha mengetahui apapun tentangmu
Riil atau tidak, aku selalu mengharapkan kau datang di tiap bel sekolah berbunyi.
Dan rasa puas itu datang dengan sendirinya, disaat bel pulang berbunyi.
Puas karena aku belajar baik hari ini...
Dan puas karena ku bisa melihat mu di balik bayangan senja ini.
Dan lagi... aku selalu bercerita,
dan menuliskan keberuntungan apa saja yang ku peroleh hari ini.
Bukan bercerita dengan orang lain, tapi bencerita dengan bunga-bunga indah, pepohonan, rerumputan, dan ilalang di sepanjang jalan.
Bahkan aku juga kerap kali bercerita dengan mentari yang terik.
Meski mereka membisu, aku berusaha memahami mereka.
Menganggap bahwa ceritaku menarik bagi mereka.
Menganggap bahwa mereka menyimak celotehku dengan baik.
Tersenyum... seringkali
Menangis jika itu kisah yang menyedihkan..
Dan kadang tertawa, kala kuanggap cerita itu konyol...
Kau tau apa yang ku ceritakan pada mereka?
Aku berkisah
Tentang tulisan fiksi ku yang tak pernah menemukan ending,
Tentang catatan kecilku yang penuh tulisan tentangmu,
Tentang kisah hidupku yang rumit,
Tentang mimipi-mimpiku, Khayalan anehku, target-target yang kupasang di dinding kamar...
Dan....
Tentang kamu yang tak pernah melihat bayanganku disini
Bayangan dibalik cermin yang tak pernah tersentuh oleh duniamu...
Di senja yang basah
Kamis, 01 Mei 2014
GELORA SANG PERTIWI
Pertiwiku busana negeri
Permadani membentang
Gunung-gunung tinggi
menjulang
Terapit samudera luas
dan benua saling memandang
Pertiwiku sang
miniature negeri
Hampir separuh dunia direngkuh
Hampir sama di negeri
ini
Namun pertiwiku pernah terluka
cantiknya menggoda para
serigala
berabad-abad rumahku
disiksa
sekarat.. menangis..
tak punya pangan dan
tenaga melawan
merintih pias si baju
kumal
kapas ditindih batu
kiloan
kala generasi mulai
sadar
dilihatnya korban
banyak terkapar
berlari gesit sang anak
pertiwi
menyelinap di buritan
gelap
memutar kendali seluruh
awak
sasaran kita serigala
itu
bersiaplah!! Status
kita pejuang bukan pecundang
Mumpung ini masih pagi
Koyakkan daging pemburu,
Membidik musuh
Walau sekedar tombak
dan bambu
Cukup akal bermain di medan
perang
Lihat!! Serigala itu lahir kembali
Tapi dari kandungan ibu
sendiri
mencaplok makanan kawan
kantong berisi triliunan
uang
kamu..katanya pejuang?
tempa otakmu lebih
tajam
dia ada disini
merongrong pertiwi biar
karam
cepatlah bawa sentermu,
busungkan dadamu
maju lagi, berjuang
lagi biar pertiwi berjaya lagi
Bandarlampung, 30 April 2014
Langganan:
Postingan (Atom)