Pages

Jumat, 05 September 2014

Ataxia Sporadis

“Langit itu berwarna biru”.
“Tidak, berwarna violet Rega”.
“Kenapa bisa begitu, lihat bayangan di air, itu biru Yui”.
“bodoh sekali. Lihatlah, warnanya sangat jelas, Jika kau sering melihat langit berwarna biru di berbagai tempat, tapi di Okinawa berbeda, Rega”.
“Dasar aneh, Okinawa dan tempat lainnya sama-sama berada di bumi. Dengar, sinar matahari memang terdiri atas bermacam-macam warna cahaya yang berbeda. Tapi karena unsur-unsur  yang ada di atmosfer (terutama NO2 dan O2) itulah yang menyebabkan  atmosfer bumi dengan mudah menghamburkan spektrum warna biru, ungu, dan nila yang  mempunyai frekuensi tinggi, tetapi warna biru-lah yang paling banyak menyebar, ditambah  lagi mata manusia lebih sensitif terhadap warna biru daripada warna nila dan ungu.
“Baiklah, terserah kau saja. Tapi  akan aku katakan pada Tuhan agar mengecatnya dengan warna violet”.
              Mereka tertawa bersamaan di tengah keindahan musim semi. Yui tau hari ini adalah terakhir kali mereka memperdebatkan langit Okinawa. Rega akan pulang ke Amerika. Dan dia akan terjebak dalam sebuah pilihan. Diaroma Okinawa telah menyatu dalam dirinya. Sakura, Ume, pantai yang indah, dan Akizora yang menawan. Ahh.. hidup di Amerika tentu sangat berbeda pikirnya. Tapi kakeknya telah mengizinkan untuk tinggal bersama Rega di Amerika karena sebuah alasan. Yui keluarga satu-satunya yang dimiliki Prof. Kohito, dan karena itulah Prof. Kohito berharap penuh kepada Rega untuk membuat cucu tunggalnya selalu bahagia. Apapun..! demi hidup gadis pecinta langit itu.
٭٭٭
Confectionary Heaven, 07 march 2011

“Apakah aku harus melihatmu sibuk dengan tumpukan buku-buku tebal itu setiap hari, Rega?”
Yui menyandarkan dagu ke lututnya, ia terduduk lesu di tepi jendela.
“Maafkan aku Yui, tapi ini penemuan besar dan aku tidak akan melewatkannya”.
“Tapi terakhir kali kau janji akan mengajakku berkeliling Massachusetts”.
“Aku tidak akan melupakan janji itu Yui”. Balas Rega, lalu mengajak Yui untuk melihat hasil penelitiannya di layar monitor.

“Lihat, ini adalah molekul tunggal di dekat gen yang disebut "Period 1". Molekul ini berbasis adenina (A) dan guanina (G) yang keduanya merupakan... “. Perkataan Rega terhenti ketika yui menolak untuk melihat penemuannya.
 “Sudahlah Rega.. aku tak akan mengerti hal seperti itu, aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku dengan hal yang menyenangkan”. Yui memalingkan pandangannya dari layar Monitor.
“Setidaknya, selagi aku masih bisa merasakannya”. Ujarnya lirih.
Ada butiran bening di sudut matanya. Dan Rega akan sangat sedih jika melihat Yui menangis. Suasana ruangan itu hening untuk beberapa detik, hanya ada cahaya berkedip dari Mouse komputer.
“Yui, aku melakukan ini karena aku mencintaimu.. Percayalah”. Rega menggeser  tumpukan buku kedokteran dari tangannya. Ia menatap kekasihnya. Sorot mata itu.. yah tatapan mata itu yang membuat Rega terus berusaha mencari solusi penderitaan Yui. Ia tak mau kehilangan pemilik binar bening itu.
“Aku tau kau mengidap penyakit Ataxia Sporadis. Sudah lama aku dan Prof. Kohito melakukan penelitian mengenai penyakit itu. 37 bulan.. dan itu kulakukan sejak aku mengenalmu. Aku akan terus berusaha untuk hidupmu Yui”.
Wanita yang dicintai Rega ini masih memasang mata sayu. Ia menyadari, Penyakit syaraf  bernama Spinocerebellar Degeneration yang di sebut Rega tadi sudah menumpang di tubuhnya  lebih dari 9 tahun. Ia seringkali kehilangan kendali terhadap syaraf-syaraf motoriknya dan lebih parah dari itu.
“Maafkan aku, Rega. Tapi aku rindu bersandar dibawah pohon sakura, langit musim gugur disana pasti sangat indah”. Yui mengembangkan secuil senyum, Meski tak begitu sempurna. Matanya mengarah ke langit Massachusetts.
Rega terpaku menatap kekasihnya, satu bulan terakhir ini ia telah membiarkan wanita yang cantik itu menikmati langit sendirian. Tenggorokakannya serak, “Yui.. gadis Jepang itu”.
٭٭٭
Confectionary Heaven, 24 agust 2011

Prof. Kohito terbang ke Amerika.
Selain mengunjungi cucu kesayangannya, ia juga ingin mengetahui lebih jelas mengenai penemuan terbaru yang dilansir di website Dailymail bulan lalu.
Tim peneliti dari Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC) di Boston Massachusetts menyambut antusias kedatangan Profesor berkacamata bulat ini.
Namun ia terlihat mencari seseorang ditengah belasan ilmuan yang ada dalam ruangan. Tak terlihat wajah Rega disana, Prof. Kohito tahu betul jika Rega adalah salah satu peneliti disini.
Tapi dimana Pria  itu”. Pikir Profesor sambil menebarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan.
“Selamat datang profesor”. Sambut seorang pria bermata biru di sampingnya.
“Aha.. disini kau rupanya Rega Clarkwisht Edelson”.
“Sudah lama menunggu profesor?”
“Sepuluh menit yang lalu, bagaimana dengan penemuan kalian?”
Rega berjalan ke sebuah ruangan khusus di depannya. Prof. Kohito mengikuti dari belakang.
Ruangan itu penuh dengan komputer, grafik-grafik yang menempel di dinding, tabung reaksi dan beberapa tiruan organ manusia.
“Rupanya anda sudah mengetahui kabar penemuan itu profesor”.
“Yah.. Tidak buruk, bukan?”.
“Awalnya kami hanya ingin meneliti Ataxia Sporadis yang diderita Yui, tapi kami menemukan hasil ilmiah ini”. Ujarnya tanpa komando.
Rega segera menuju ke sebuah monitor. Mengotak-atiknya dan..
“Lihat profesor, ini adalah variasi gen pada manusia. Disini ada molekul tunggal yang disebut "Period 1". Molekul ini berbasis adenina (A) dan guanina (G) yang keduanya merupakan dua basa nitrogen purina yang menyusun DNA dan RNA.
“Lalu apa hubunganya dengan penentu waktu kematian yang saya baca di situs internet itu?”
“Ohh..Begini profesor, Gen dengan molekul tipe A ini cenderung lebih banyak ditemukan dengan rasio dari enam berbanding empat. Oleh karena setiap manusia memiliki dua set kromosom, menurut perhitungan dari data yang kami peroleh, setiap individu berpeluang 36 persen memiliki gen dengan tipe molekul AA, 16 persen peluang memiliki tipe G, dan 48 persen peluang memiliki tipe gabungan antara A dan G. Nah.. seseorang yang mempunyai gen AA cenderung akan bangun secara alami sekitar satu jam lebih awal dibandingkan dengan orang bertipe GG. Adapun mereka yang memiliki gen AG cenderung bangun tepat di tengah-tengah antara waktu AA dan GG. Maka dapat disimpulkan bahwa mereka yang mempunyai gen AA atau AG rata-rata meninggal sesaat sebelum pukul 11.00 pagi, sedangkan mereka dengan tipe GG cenderung meninggal sesaat sebelum pukul 06.00 sore”.
“Sukkoi! Jenius sekali. Saya tidak pernah memikirkan ini sebelumnya”. Sambut
Prof. Kohito sambil menampakkan barisan giginya.
“Dan jam biologis internal mengatur banyak aspek biologis serta perilaku manusia. Hal itu juga memengaruhi terjadinya peristiwa medis akut seperti stroke dan serangan jantung”. Tambah profesor Kohito menimpali.
“Tepat sekali profesor!”
“Yah baiklah, ini adalah penemuan hebat. Saya pikir akan sangat membantu dunia medis dalam menangani pasiennya”. Puji pria berkumis tipis itu.
“Sekarang mari kita minum kopi di luar, aku ingin sekali mendengar cerita-cerita dari pemuda jenius sepertimu”. Sambungnya.
“Kafein kopi tidak baik untuk jantung anda profesor”.
“Hahaha.. baiklah, bagaimana jika minum teh bersama Yui”. Mereka tertawa bersamaan lalu beranjak ke apartemen Rega , 12 km dari Gedung Neurologi BIDMC. Dua pria itu terlihat akrab di tengah perjalanan. Jelas saja, karena mereka mempunyai hati yang sama terhadap Yui.
٭٭٭
Massachusetts, 18 November 2011

Inilah sebabnya mengapa aku mencintaimu.
Karena selalu ada waktu yang kau sisihkan untukku meski hanya sedetik.
Ditengah kesibukan yang merubahmu menjadi berbeda.
Namun di waktu yang lain kau tunjukan manisnya perhatianmu.
Kita memang tak pernah lagi mempermasalahkan warna langit.
Tapi aku seringkali menyapa langit yang berbeda warna disini,
Aku tersenyum.. karena ku sadari mereka biru, bukan Violet seperti kataku.
             Yui masih sibuk memotret beberapa objek indah di kota Cambridge, Massachusetts. Sementara Prof. Kohito dan Rega tengah membicarakan hal penting. Terlihat dari wajah serius kedua pria ini. Terkadang salah satu pria itu memandang Yui, dan kembali sibuk dengan pembicaraannya.
“ Bagaimana dengan kondisi Yui sekarang, Rega?”. Tanya profesor Kohito ditengah pembahasan ilmiah yang mereka bicarakan.
“Dia terlihat sedih, aku sering meninggalkannya karena penemuan baruku ini, tapi sekarang ia bisa tersenyum melihat Cambridge..”. Rega menelan ludah lalu tersenyum.
“Aku sangat berharap kau bisa membantuku Rega, buat dia bahagia. Aku tidak ingin kehilangan satu-satunya keluargaku  Setelah Tuhan mengambil istri , anak dan menantuku”. Ujarnya di sela-sela pembicaraan.
“ Hanya Yui yang tersisa, dan ia sudah menemaniku selama 19 tahun”. Sambung Prof. Kohito. Rega tidak berani menimpali. Cukup lama lelaki bertubuh gemuk itu menerawang tanpa arah yang tepat.
“Pro..fe..sor.are you fine?
 Profesor..?”. ulang Rega lagi.
“ Hah.. oh tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Tapi Yui dan Ataxia itu..”. Prof. Kohito kembali termenung.
“Yui pasti akan sembuh. Lihatlah, sudah 3 tahun ia lolos dari prediksi kematiannya dan dia baik-baik saja. Hanya..”. Ujar Rega terhenti.
“Hanya apa? Hanya saja terkadang ia tiba-tiba jatuh tanpa sebab dan kehilangan pengendalian syaraf motoriknya? Jika aku bisa memilih, aku ingin sekali penyakit Yui berpindah ke tubuhku”. Pria berusia 62 tahun ini menangis sesenggukan.
Cukup lama bereka terdiam. Tiba-tiba profesor angkat bicara.
“Rega.. bagaimana jika kalian meneliti gen dalam tubuh Yui? Aku bukan mengharapkan kematiannya, tapi hanya ingin bertindak sigap saat ia benar-benar butuh pengawasan”.
“Profesor..? Kita tidak akan kehilangan Yui, pasti ada obat untuknya, gen penentu kematian itu.. kita akan mencobanya”.
 “Mencobanya.. yah itu akan sedikit membantu. Ohh ada air mata di pipiku”. Ujarnya mengusap pipi keriput miliknya.
“Sebaiknya aku harus terlihat bahagia saat didekatnya”. Pria berkacamata itu merapikan jas.
 “Rega.. Kakek.. berpose yang bagus, biar aku foto..”. Teriak Yui dari kejauhan.
Yui....gadis itu terlihat kuat, padahal tubuhnya begitu rapuh.
٭٭٭

Confectionary Heaven, 02 february 2012 

“Rega.. Rega!! Dimana Yui, apa dia bersamamu?”.
“Tidak Profesor, di musim dingin seperti ini aku tidak akan berani mengajak Yui keluar rumah”.
“Tapi Yui tidak ada!”.
“Apa!! Baiklah, aku pulang sekarang.” Ponsel dimatikan, dan pemiliknya segera berhambur keluar ruangan.
   Keadaan menegang setelah dua jam Yui tidak ditemukan, Profesor Kohito sangat cemas. Rega berusaha meminta bantuan teman-temannya untuk mencari Yui. Mereka bertindak cepat. Beberapa ilmuan dari Kantor Neurologi ikut serta dalam pencarian.
Yui hilang? Tidak pernah terpikir sedikitpun. Rega menelfonnya berulangkali, namun masih sama. Beberapa rekannya mengaku tidak menemukan gadis Jepang itu. Tapi satu informasi, seorang nenek melihatnya ada di Cambridge.
“Tempat yang kita kunjungi dua bulan lalu profesor”. Buru Rega.
Rega dan Profesor Kohito masuk ke mobil, sebenarnya ia tidak yakin mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi 180 km/jam. Tapi Yui tidak akan bisa menunggu lama jika terjadi apa-apa.
Langit dimusim dingin terlihat monoton! Tak ada keindahan seperti musim-musim lain.
Tapi salju yang turun membuatnya cantik, seolah menaburi kita dengan serbuk gula yang manis.
“Yui!! Yui..! kau tidak apa-apa, Yui.. bangunlah!”.
Gadis bernama Yui itu tergeletak di atas salju, tubuhnya tak bergerak oleh guncangan kedua tangan Rega.  Wanita bertubuh mungil ini semakin tidak beradaya saja dihadapan Rega. Kulitnya membiru oleh dinginnya salju Cambridge.
“Woke up Mrs. Yui, don’t leave me please!”.
Aku tidak benar-benar pergi, hanya sedikit lelah dan ingin tidur sebentar dari sakit yang aku rasakan.

       Massacusets General Hospital tampak lengang. Profesor Kohito belum juga keluar dari ruangan dokter spesialis syaraf.
“Ada sekelompok besar orang yang memiliki gejala Ataxia yang biasanya dimulai di masa dewasa dan yang tidak memiliki riwayat keluarga yang dikenal dari penyakit ini. Ini disebut Ataxia Sporadis dan bisa sulit untuk mendiagnosa”. Dr. Geonal Cd tampak menunjukkan hasil Rotgen kepala Yui kepada pria gemuk berkacamata bulat itu.
“Ataxia Sporadis dapat berupa “cerebellar murni” jika hanya otak yang terpengaruh atau serebelum ditambah, dan akan menimbulkan gejala tambahan seperti neuropati disfungsi saraf perifer, kekakuan atau kelemahan, demensia, gangguan fungsi intelektual atau kekejangan otot-otot. Bentuk ataksia serebelar ditambah sporadis juga dikenal sebagai Ataxia Olivopontocerebellar Sporadis (OPCA sporadis) atau atrofi sistem multi jenis serebelum (MSA-C). Dan yang diderita cucu anda sudah mencapai ataxia akut Profesor. Penyakit ini menyerang jaringan otak kecil dan syaraf tulang belakangnya”. Tambahnya lagi.
“Apakah sampai detik ini belum ditemukan solusinya dokter?”.
“Maaf profesor, penyakit ini belum ada obatnya, kita hanya dapat mencegahnya dengan beberapa terapi, tapi terapi ini akan menimbulkan efek serius pada jaringan otaknya. Seperti kesulitan berfikir atau mengingat sesuatu.
“Berikan yang terbaik untuknya dokter, saya percaya pada anda. Dia anak yang kuat, Seharusnya sudah 3 tahun yang lalu dia pergi, tapi ia berjuang keras untuk hidupnya”. Prof. Kohito mengerutkan keningnya lalu berpamitan pada pemilik ruangan itu.
٭٭٭
Para ilmuan Amerika sudah meneliti susunan Gen pada tubuh Yui, gadis itu memiliki susunan gen AG. Berarti jika keadaannya semakin kritis dan tidak ada pertolongan yang bisa dilakukan. Ia akan meninggal sesaat sebelum pukul 11.00 pagi. Kepala Rega berdenyut.
“Yui.. aku tau kau sedang berjuang keras saat ini. Aku tau kau sedang berperang pada tubuhmu sendiri. Tapi kau harus tau.. ada aku yang mengharapkan kesembuhanmu setiap hari sayang”. Rega memandang kekasihnya yang terbaring lemah.
“Kau benar, langit itu berwarna violet dan aku sudah meminta Tuhan untuk merubahnya menjadi warna kesukaanmu itu”. Ia menghela nafas.
“Bangunlah Yui.. akan ku ajak kau kembali ke Okinawa, aku janji...
Oh ya, aku dengar tempat itu semakin indah. Pantai yang sering kita kunjungi itu sekarang kesepian tanpa kehadiranmu. Bangunlah Yui.. kita akan bangun negeri langit disana”. Rega tersandar lemas, tak ada perubahan sedikitpun pada kekasihnya. Berhari-hari, berbulan-bulan. Hingga....
Setumpuk harapan dan janji takkan merubah keadaan, hanya tindakan dan sebuah keajaiban yang merubahnya menjadi kenyataan.

Confectionary Heaven, 29 june 2012
Rega masih mengendarai mobilnya, ada seikat bunga sakura putih disampingnya. Ponselnya berdering, Prof. Kohito.....
“Hallo Profesor”.
“Ya Rega, ada berita baik. Ini keajaiban luaar biasa!! Yui sudah sadar dan keadaannya mulai membaik, dia membutuhkanmu. Aku harap kau segera kemari”.
“Benarkah? thanks God, aku segera kesana profesor. Bilang pada Yui 5 menit lagi”. Rega tersenyum dan menambah kecepatan mobilnya. Fikirannya hanya terfokus pada Yui, kekasihnya telah melewati masa kritis.
“Yui..Yui.. akan kutepati janji-janji itu, akan kubawa kau kelangit Violetmu”. Ujarnya tak hentinya bergumam. Makin lama kecepatan mobilnya semakin bertambah. Awalnya tidak ada masalah, tapi tiba-tiba ia hilang kendali. Remnya tidak berfungsi! Rega semakin panik. Dan...
“Aaaargh..!!”
Sebuah truk menabraknya dari arah kanan. Bagian depan mobil hancur total dan terseret 4 meter dari lokasi kejadian. Beberapa orang histeris, dan sebagiannya berhambur ke mobil Rega.
“Yui...”. ucapnya terakhir kali. serak lalu gelap.
Di Massacusets General Hospital..
    Profesor Kohito tidak tau pasti apakah ini adalah hasil panjang atau sebuah keajaiban. Ia menatap lekat cucu tunggalnya. Ahh.. lama sekali ia tidak melihat Yui membuka mata. Wajahnya masih pucat. Tapi tetap cantik. Kombinasi antara Agata Kohitokori dan menantunya Sayaka Ama melahirkan keindahan yang natural pada diri Yui. Sorot matanya...bibirnya.. alis matanya..
 Pria tua itu melirik arloji di tangannya, sudah lebih dari 30 menit. Rega tak juga muncul. “Kemana anak itu?”. Pikirnya.
“K-a-k-e-k”. Yui mencoba berbicara, meski agak sulit terdengar oleh Prof. Kohito.
“Iya Hana bi..”. (panggilan kecil Yui)
“Ka-k-ek.. Re-ga di-m-a-n-a?”.
“Dia sedang menuju kesini sayang, sabar ya.. 5 menit lagi.”
“Yui t-i-d-a-k bisa menunggu, s-a-m-p-a-i-kan pada Rega.. Yui akan pergi”.
“Tidak Yui, tidak.. kau akan sembuh, bukankah kau berjanji akan bersama kakek sampai kapanpun”.
“Ti-dak b-i-s-a kek”.
“Bertahanlah Hana bi”.
“Sam-pai-kan kek, maaf tidak bisa lebih lama bersama kakek. Yui akan menemui ibu dan ayah”.
“Yui...
Gadis  itu hanya membalasnya dengan senyuman. Ia tau ini adalah akhir dari perjuangannya. Setelahnya tak akan ada penderitaan. Setelahnya tak akan ada obat, terapi dan rasa sakit. Bahagia.. tanpa ada penyakit yang menyiksanya.
Confectionary Heaven telah usai.
Karena Yui lebih dulu menutup hidupnya sebelum mengetahui apa yang terjadi pada kekasihnya. 1 jam setelah kepergiannya, Prof. Kohito mendapat berita bahwa Rega tewas akibat kecelakaan, dua hal yang tidak bisa diterima oleh pria tua ini.
Yui dan Rega....
“Tuhaaaan”. Pekiknya tertahan
 Tak akan ada lagi dua pemuda yang mengisi hari-hari Prof’ Kohito.
Pria jenius dan wanita tangguh.
Mereka hanya tau bahwa pusaranya bersisian.
“Setidaknya dengan seperti ini mereka tidak merasa kehilangan”. Pikir Profesor Kohito. .
“Langit itu biru kan Rega?”.
“Bukankah kau ingin dia berwarna Violet?”.
“Tidak, dia biru! karena itu hukum alam. Atmosfer bumilah yang menyebabkannya berwarna biru, bukan begitu?”.
“Ya,tapi aku sudah meminta Tuhan menggantinya dengan warna violet, bagaimana?”.
“Haha.... apa kau yakin Tuhan mengabulkan doa mu?”.
“Ya.. karena Tuhan mengabulkan doaku untuk terus bersamamu.
“Bagaimana dengan Ataxia itu?”.
“Ahhh...”.

0 komentar:

Posting Komentar